Rugi banget ya kalo kita shalat tapi nggak diterima. Capek dan pegel, tetapi nggak ada nilainya karena shalat nggak mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Rugi banyak, deh. Sia-sia pula.
Itu sebabnya, yuk perbaiki shalat kita agar bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Agar bisa menghindari maksiat. Shalat kita bisa mencegah dari maksiat. Gimana caranya?
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Bentuk shalat yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar ditandai dengan menyempurnakan shalat yaitu memenuhi rukun, syarat, dan berusaha khusyu’ dalam shalat. Hal ini ditandai dengan hati yang bersih, iman yang bertambah, semangat melakukan kebaikan dan mempersedikit atau bahkan menihilkan tindak kejahatan. Lantas hal-hal tersebut terus dijaga, maka itulah yang dinamakan shalat yang mencegah perbuatan keji dan mungkar. Inilah di antara manfaat terbesar dan buah dari shalat.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 632), yang dinukil di laman rumaysho.com.
Jadi, ketika shalat berusaha untuk ikhlas, menghayati setiap makna bacaan shalat dan mengamalkannya. Khusyu’, jangan tengok kanan-kiri, hati fokus pada shalat, jangan memikirkan hal-hal di luar shalat, shaf-nya rapat dan lurus (kalo sekarang aneh juga sih dengan alasan ngikutin prokes di masa pandemi shalatnya malah shaf-nya berjarak lebar, tapi abis shalat malah salaman), gerakan tuma’ninah (rukuk, sujud, duduk antara dua sujud, i’tidal dan lainnya), biasakan shalat di awal waktu, jangan menunda-nunda, apalagi kadang dilakukan kadang tidak. Nah, perbaiki deh di situ.
Selain itu, di luar shalat biasakan diri menjauhi ghibah, berkata kasar, mencela, mencaci maki, jangan dekati zina (pacaran, chatting dengan lawan jenis yang bukan mahram, hindari bacaan pornografi), dan segala bentuk kemaksiatan. Jangan coba-coba, jangan dekat-dekat. Nggak tahu kan kalo ajal kita kapan datangnya. Jangan sampe ajal datang pas lagi coba-coba berbuat maksiat. Naudzubillahi min dzalik.
Oya, kita mulai dari yang paling mungkin bisa kita lakukan untuk memperbaiki shalat, yakni shalat di awal waktu. Jangan menunda-nunda. Berat memang. Namun, ya harus diupayakan untuk diamalkan. Pelan-pelan lah, tetapi serius niatnya untuk perbaikan.
Saya nukilkan penjelasan di laman muslim.or.id, Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu , bahwa beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Amal apakah yang paling dicintai Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya (yang artinya), “Shalat pada waktunya.” Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Kemudian apa?” Beliau ulangi dua kali, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan urutan: “Berbakti kepada orang tua, kemduian berjihad fi sabilillah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kalo kita menunda-nunda shalat, maka amal serta kebaikan lain juga akan tertunda. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Tatkala manusia terlambat mendatangi shalat dari menempati shaf pertama, kemudian (shalat berikutnya) terlambat lagi shaf kedua, kemudian shaf ketiga (apalagi sengaja terlambat/ketinggalan shalat berjamaah), maka Allah buat hatinya suka mengakhirkan semua amal shalih.” (Syarah Riyadhus Shalihin 5/111)
Shalat yang benar dan khusyu’ memiliki banyak keutamaan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Tidaklah seorang Muslim di mana tiba shalat fardhu, lalu ia memperbagus wudhu, khusyuk dan rukuk dari shalatnya, melainkan itu (shalatnya) menjadi kaffarah penghapus dosa yang sebelumnya, selama dosa besar tidak ia langgar. Dan itu berlangsung sepanjang masa.” (HR Muslim)
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS al-Mu’minun [23]:1-2)
So, kalo shalat kita benar, khusyu’ dan tepat waktu, maka akan mencegah kita dari perbuatan dosa dan maksiat yang merugikan diri kita sendiri. Beneran, lho. Catet, ya!
Salam,
O. Solihin