Bukan Akhir dari Perjuangan, Kawan!

Kenanganku1041 Dilihat
Umar Abdullah, saya, dan Sigit Nur Setiyawan. Koleksi pribadi. Berfoto di Terminal Magelang (2003).
Umar Abdullah, saya, dan Sigit Nur Setiyawan. Koleksi pribadi. Berfoto di Terminal Magelang (2003).

Malam ini, rasanya saya masih belum bisa melupakan (dan tak mungkin melupakan) sosok sahabat seperjuangan, yang tadi pagi meninggalkan saya dan dan semua orang yang mengenalnya. Banyak suka dan duka bersamanya, sejak saya pertama kali mengenalnya dengan baik di tahun 1996-1998, saat sama-sama menjadi bagian dari punggawa Majalah Remaja Islam PERMATA. Ya, ia adalah Sukarno Nugraha Leboe, yang memilih nama Umar Abdullah sebagai “nama udara”-nya.  Wafat pada usia 39 tahun (18 Juni 1974 – 22 Juni 2013).

Sama-sama tertarik terjun di bidang media sebagai sarana untuk berdakwah, saya merasakan gairahnya sejak pertemuan pertama itu. Di akhir tahun 1990-an, dia termasuk orang yang semangat mengelola radio, mengkoordinir narasumber untuk siaran, bahkan menjadi penyiarnya. Sempat pulang kampung ke Surabaya selepas menikah, lalu mukim di Magelang (dan di tahun 2003 itulah saya bertemu karena diundang untuk mengisi acara yang digagas dan diselenggarakannya di sana). Lama tak jumpa, lalu dia dan keluarganya kembali ke Bogor di tahun 2006. Berselang hampir setahun, yakni bulan Juli 2007 Program Voice of Islam yang merupakan hasil rembukan dia (termasuk istrinya, yakni Ustadzah Lathifah Musa), saya, dan beberapa kawan yang konsen di bidang media, resmi diluncurkan.  Mengudara memenuhi ruang dengar kaum muslimin di hampir seluruh Indonesia. Alhamdulillah.

Baca juga:  Angka 14 dan 40

Belum puas dengan Program Voice of Islam, beliau bersama beberapa kawan menggagas dan mewujudkan Program “Sastra dan Dakwah” yang kemudian diluncurkan bersama satu paket dengan Voice of Islam. Namun umur “Sastra dan Dakwah” tak berlangsung lama karena beberapa kendala. Tetapi, Program Voice of Islam alhamdulillah tetap mengudara hingga kini.

Kecintaannya kepada perjuangan Islam dan media, mempertemukan kembali saya dengannya untuk mewujudkan idenya membuat pesantren di bidang media. Melalui dukungan familinya di Yayasan Mutiara Ummat, maka lahirlah Pesantren MEDIA di tahun 2011. Kini, tepat seminggu sebelum penerimaan santri baru angkatan ke-3 SMA dan angkatan ke-2 SMP (insya Allah akan diselenggarakan tanggal 29 Juni 2013), ia telah mendahului kami semua untuk bertemu dengan Rabb-nya. Ia meninggalkan perjuangan yang tetap harus kami lanjutkan, mencetak dai di bidang media dan syiar Islam untuk kaum muslimin Indonesia, pendengar Voice of Islam.

Sahabatku, ini bukanlah akhir perjuangan. Insya Allah akan kami lanjutkan untuk mewujudkan cita-cita mengkader para dai di bidang media. Kami juga akan memotivasi para santri Pesantren MEDIA untuk tetap belajar, berjuang dan mewujudkan cita-cita perjuanganmu.

Masih terngiang pula di telinga saat Ustad Dr Abdurrahman al-Baghdady memberi tausiyah singkat kepada kami selesai memakamkanmu, ada haru di sana. Sebelumnya, di Masjid Nurul Iman, beliau juga memimpin kami untuk menyalatkan jenazahmu, ada getar haru pula di sana. Semoga Allah Swt. mengampuni dosa-dosamu, menerima semua amal shalihmu.

Baca juga:  Mengapa Harus Bangkit?

Salam,
O. Solihin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

5 komentar

  1. Innalillahi wa inna ilayhi raaji’un… meski saya tidak pernah berjumpa dengan beliau, namun… siaran beliau di VoA banyak menginspirasi saya. semoga Allah menerima amal shalih beliau. Aamiin

  2. Assalaamu’alaikum wrwb.

    terkejut mendengar kabar kepergian beliau,
    teriring do’a

    Allahumaghfirlahu. Warhamhu wa ‘afihi wa’fu ‘anhu wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkhalahu, waghsilhu bil
    maa’I wats tsalji wal barodi, wa naqqihi minal khotooyaa kamaa naqqaitats tsaubal abyadho minad danasi, wa
    abdilhu daaron khoiron min daarihi, wa ahlan khoiron min ahlihi, wa zaujan khoiron zaijihi, wa adkhilhul
    jannata, wa a’idhu min ‘adzaabil qabri.

  3. Innaalillaahi Wainnaa ilaihi Raaji’uun. Kaget rasanya mengetahui info ini dari TV. lalu saya Googling..Semoga Allah Terima segenap amal baik beliau, dan mengampunkan dosa2nya. Terkenang juga saya saat bersama-sama beliau beberapa waktu di Surabaya, membangun perguruan tinggi islam di awal-awal.. Selamat jalan Akhiy, semoga langkah baikmu menginspirasi kaum muslimin.. dan Rintisan perjuanganmu melalui pesantren media bisa berbuah baik di suatu saat nanti dalam waktu dekat.. aamiin..