Al-Imam Aun bin Abdillah rahimahullah berkata,
كنت أجالس الأغنياء فلا أزال مغموماً، أرى ثوباً أفره من ثوبي ودابة أحسن من دابتي، فجالست الفقراء فاسترحت.
“Dahulu saya biasa bergaul dengan orang-orang kaya sehingga saya selalu sedih, karena saya melihat pakaian yang lebih bagus dibandingkan pakaian saya dan kendaraan yang lebih bagus dibandingkan kendaraan saya, maka saya bergaul dengan orang-orang faqir sehingga saya merasa tenang.” (dalam al-Uzlah, karya al-Khaththaby, hlm. 32)
Kalo kudu dijelaskan detil sih gini, Al-Imam Aun bin Abdillah tuh pernah ngalamin hal yang sering kita rasain juga—rasa nggak secure pas bandingin diri sama orang lain, apalagi kalau orang itu punya barang-barang branded dan lifestyle yang bikin kita merasa nggak cukup. Bayangin deh, tiap nongkrong bareng, selalu ada aja yang bikin insecure: entah itu outfit mereka yang super stylish atau kendaraan mereka yang super kece.
Tapi ternyata, sebagaimana yang dirasakan beliau, kalau kita terus-terusan fokus ke apa yang orang lain punya, kita jadi gampang lupa sama apa yang kita punya sendiri. Jadi, daripada makin mumet, kita bisa aja memutuskan buat sering nongkrong sama orang-orang yang hidupnya lebih sederhana. Dan guess what? Hidup kita jadi lebih tenang, lebih nggak drama, lebih fokus ke hal-hal yang bikin bahagia dari dalam, bukan cuma yang keliatan dari luar.
Intinya sih, jangan kebanyakan bandingin diri sama orang lain, apalagi soal barang-barang duniawi. Kadang, kebahagiaan itu nggak datang dari apa yang bisa kita beli, tapi dari siapa yang kita temani dan bagaimana kita melihat hidup. Jadi, yuk coba belajar buat lebih content sama apa yang kita punya dan siapa yang ada di sekitar kita. Biarkan hati jadi lebih damai, no more FOMO!
Salam,
O. Solihin