Menyelamatkan Kaum Muslimin

Dakwah423 Dilihat

Sholat-Berjamaah-di-Masjid-IstiqlalSobat, ini memang tugas kita untuk menyelamatkan saudara-saudara kita, sesama kaum muslimin. Bukan sok tahu, bukan pula sok jagoan, apalagi sok suci. Nggak. Kita mencoba empati dengan keadaan teman-teman kita yang masih berada dalam kegelapan. Bukan apa-apa, kita bisa begini ‘hebat’ tahu ini dan itu, juga dengan melalui proses yang amat panjang dalam hidup ini. Kita bisa merasakan bagaimana nikmatnya saat kita berhasil melaksanakan kewajiban. Dengan pro­ses yang amat panjang pula dalam belajar kita, kita jadi tahu kalo kita melakukan perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam adalah haram, dan jelas dosa. Seharusnya tertanam pula niat dan berupaya agar bisa menghindari aktivitas terlarang tersebut.

Nah, jadi jangan putus asa untuk bisa menjadi penerang orang-orang yang sedang berada dalam kegelapan. Kita coba raih mereka. Kita sampaikan kebenaran ini dengan jelas dan tegas. Apalagi, kita sebagai seorang muslim dituntut untuk melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar. Itu kan dalam upaya menyelamat­kan mereka. Tul nggak? Meski kadang kita kudu menghadapi cemoohan dan celaan dari mereka, karena kita berusaha mengusik ketenangannya dalam bermaksiat. Tapi kalo kita mendiamkan, ala­mat kita juga bakalan kena dampaknya.

Rasulullah saw. bersabda: “Perumpama­an keadaan suatu kaum/masyarakat yang menjaga batasan hukum-hukum Allah (mence­gah kemungkaran) adalah ibarat satu rom­bongan yang naik sebuah kapal. Lalu mereka membagi tempat duduknya masing-masing, ada yang di bagian atas dan sebagian di bagian bawah. Dan bila ada orang yang di bagian bawah akan mengambil air, maka ia harus melewati orang yang duduk di bagian atasnya. Sehingga orang yang di bawah tadi berkata: “Seandainya aku melubangi tempat duduk milikku sendiri (untuk mendapatkan air), tentu aku tidak mengganggu orang lain di atas.” Bila mereka (para penum­pang lain) membiarkannya, tentu mereka semua akan binasa.” (HR Bukhari)

Baca juga:  #13 Tentang Cinta

Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. bersabda: “Apabila zina dan riba telah meraja­lela di suatu negeri, maka rakyat di negeri itu sama saja telah menghalalkan dirinya untuk menerima azab dari Allah.” (HR Ath Thabrani, Al Hakim dari ibnu Abbas)

Sobat, kita sering meng­kritisi keadaan bukan berarti tanda benci, apalagi antipati, tapi menunjukkan sikap empati dan peduli. Apalagi yang melakukan maksiatnya teman sendiri, atau tetangga sendiri, bahkan mungkin saudara sendiri. Jadi jangan dimusuhi, tapi kita dekati.

Allah Swt. memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman yang mengerjakan amar ma’ruf nahi munkar dalam firmanNya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS at-Taubah [9]: 71)

Tapi gimana jika setelah kita meng­gunakan cara yang baik tapi mereka tetep ngeles dan bahkan galak? Ya, bersabar saja. Tugas kita kan menyampaikan. Tapi tetap jangan menyerah. Teruskan perjuangan kita, meski, barangkali sekadar menuliskannya seperti dalam buku sederhana ini. Rasulullah saw. bersabda: “Barang­siapa di antara kalian melihat suatu kemun­karan, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya; maka bila ia tidak mampu, maka dengan lidahnya, dan kalau tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (HR Muslim)

Baca juga:  Suami-Isteri Itu Harus Saling Menguatkan

Nah, untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar butuh waktu, tenaga, pikiran, dan juga ilmu. Itu memang konsekuensi. Tapi yang jelas prosesnya harus kita lakukan. Perkara hasil serahkan saja kepada Allah Swt. Meski demikian, bukan berarti kita nggak perlu hasil. Itu sebabnya, sambil amar ma’ruf nahi munkar, kita juga nyari trik-trik jitu buat mencapai hasil maksimal dari usaha dakwah kita. Iya kan?

Nah masalahnya nih, kalo kita ternyata cuek dan malah ogah melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Walah, bahaya banget tuh. Meski kita ngaku-ngaku cinta sama Islam dan kaum Muslimin, tapi pelaksanaannya di lapangan malah ogah beramar ma’ruf nahi munkar, itu namanya tulalit. So, jangan bilang cinta sama kaum muslimin kalo ternyata dakwah aja nggak mau. Lagipula, dakwah adalah bagian dari upaya menyelamatkan kaum muslimin agar hidup lebih mulia, baik di dunia terlebih di akhirat kelak. Ayo, semangat dakwah!

Salam,
O. Solihin
Ingin berkomunikasi dengan saya? Silakan via Twitter di @osolihin

*Gambar dari sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses