Jangan Sekuler, Dong!

Percikan253 Dilihat

Beberapa waktu lalu viral sebuah video yang menampilkan adegan dua orang pelajar SMP, laki dan perempuan yang asyik berdansa di sebuah lapangan di sebuah sekolah, disaksikan banyak pelajar lain dan mungkin juga guru-gurunya. Pro dan kontra atas aksi tersebut kontan bergemuruh di jagat maya. Apalagi kemudian dimuat di media massa dan bahkan diberikan apresiasi oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Anwar Makarim yang memposting ulang video dansa siswa dan siswi SMP tersebut. Intinya pak menteri bangga ada siswa dan siswi SMP yang jago dansa. Akibatnya, pro dan kontra kembali bergema di jagat maya. Begitulah.

Apa saja poin utama dari pro dan kontra dalam kasus tersebut? Mereka yang pro beralasan bahwa itu adalah sebuah kreativitas, sebuah seni, sebuah prestasi. Di sisi lain, banyak juga yang kontra karena gimana pun aksi tersebut—apalagi yang siswinya mengenakan kerudung—beralasan tidak pantas dipertontonkan di depan umum, juga mencoreng syariat agama Islam. Berbalas komentar pun memenuhi akun-akun media sosial portal berita di Instagram dan Tiktok. Ada yang malah bilang bahwa yang sedikit-sedikit bawa agama itu dikategorikan sebagai orang yang mabok agama, sambil membela pelajar yang jago dansa di depan umum itu karena bagian dari ekspresi seni, dan menurut mereka tak usah bawa-bawa agama dalam hal ini.

Baca juga:  Fana

Orang yang berkoar-koar nan sotoy dengan bilang jangan bawa-bawa agama dan jangan mabok agama dalam masalah ini, jelas dia kurang wisata baca ilmu agama. Nggak ngerti ajaran agama Islam. Kalo dia orang kafir, ya pantas aja bilang begitu. Kalo ternyata yang berkomentar tersebut ngakunya muslim, ya ada labelnya juga sih. Kalo bukan munafik, ya fasik, atau bodoh soal ilmu agama. Ngeri. Awas lho bakalan dimintai pertanggunganjawab di akhirat kelak atas ucapanmu.

Kamu tahu istilah sekularisme? Ya, paham ini secara singkat artinya memisahkan agama dari kehidupan. Urusan shalat ya mereka lakukan shalat, itu masuk perkara agama. Namun ketika beraktivitas di luar shalat, menurut mereka aturan agama nggak boleh ikut campur ke situ. Harus dipisahkan. Itulah sebabnya paham sekularisme itu dilarang dalam Islam. Nggak boleh dijadikan rujukan bagi seorang muslim.

Sekadar tahu aja, awalnya paham sekularisme (memisahkan aturan agama dari aturan kehidupan), muncul saat Revolusi Perancis sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap kekuasaan dan doktrin gereja yang bersekongkol dengan kekuasaan. Pada peristiwa itu semboyan yang terkenal adalah, “Gantung raja terakhir dengan usus pendeta terakhir”.

Dr. Safar al-Hawali berpendapat, “Revolusi itu melahirkan hasil yang sangat penting. Yaitu lahirnya pertama kali di dalam sejarah Eropa nasrani sebuah negara republik sekuler yang berfalsafat kekuasaan atas nama rakyat, dan bukan atas nama Allah”, bebas beragama sebagai ganti doktrin katolik, kebebasan setiap orang sebagai ganti dari ikatan perilaku keagamaan dan undang-undang ciptaan manusia sebagai ganti dari ketetapan-ketetapan gereja.” (dalam al-‘Ilmaniyah tulisan Dr. Safar al-Hawali hlm. 178, terbitan Universitas Ummul Quro 1402 H.

Baca juga:  Berikan Cinta Kepada Ortu Kita

Nah, yang jadi persoalan adalah kenapa paham sekularisme yang liberal itu masuk juga ke benak kaum muslimin? Padahal, kalo dalam Islam, aturan agama dan aturan kehidupan (politik, ekonomi, pendidikan, sosial, hukum, peradilan dsb) nggak bisa dipisah-pisah. Aturan Islam itu mencakup urusan dunia dan akhirat. Beda dengan agama lain. Meski demikian, sebenarnya liberalisme itu musuh semua agama. Cuma, memang kalo agama selain Islam sepertinya menikmati karena jadi bebas dari kungkungan doktrin agama mereka. Namun bagi umat Islam, bebas dari aturan agama malah jadi petaka. Urusannya bukan cuma di dunia, tapi juga di akhirat kelak. Itu sebabnya, paham liberalisme dan juga sekularisme itu wajib dilenyapkan. Bukan malah dipelajari, apalagi diamalkan. Bahaya bingit!

Oya, jadi memang problem tuh pelajar SMP yang duet berdansa di depan umum, berpasangan antara laki dan perempuan yang bukan mahram itu. Iya, itu masalah jika dilihat dari sudut pandang agama. Islam mengatur pergaulan, syariat Islam mengatur bagaimana berpendapat dan berperilaku yang kudu terikat dengan aturan Islam. Nggak boleh bebas meski atas nama seni dan kreativitas. Tetap kudu ada batasnya. Nggak boleh melanggar batas aturan tersebut atau pagar pembatas perilaku.

Salam,
O. Solihin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses