Kembali ngobrolin soal jomblo. Semoga tidak bosan. Namun sekarang agak beda sudut pandanganya, yakni berusaha membuat para jomblo tersenyum. Yup, nggak bijak memang kalo cuma ngeledekin teman yang masih jomblo tapi nggak ngasih solusi buat mereka. Ibarat kritikan, maka kritikan yang membangun itu lebih baik ketimbang cuma menyalahkan tapi nggak ngasih alternatif. Barangkali ini bisa membantu untuk meringankan penderitaan temen-temen yang masih ngejomblo. Siapa tahu, meski “pedih”, tapi masih bisa terhibur dan berani menatap masa depan dengan mata penuh harapan. Semoga ya.
Nah, ini sedikit “angin segar” buat kaum jomblo yang bisa kita lakukan:
Pertama, temani mereka. Wah, menemani dalam bentuk apa neh? Ya, menemani mereka agar tetap bisa mengendalikan diri. Agar tetap bisa bahagia dengan hidupnya. Bukankah teman yang baik adalah mereka yang bisa menjaga temannya? Selalu menemaninya di kala susah maupun senang. Seperti kata pembawa acara tv terkenal, Oprah Winfrey, “Banyak orang ikut denganmu di limousine, tapi apa yang kau inginkan adalah seseorang yang mau naik bis denganmu ketika limonya rusak,”. Jadi, mohon untuk tidak meninggalkan mereka sendirian dalam kebingungannya.
Dalam kitab Adabul Mufrad, ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Tidaklah saling mencintai dua orang dalam agama Allah Ta’ala, kecuali orang yang paling utama di antara keduanya adalah yang paling besar cintanya pada sahabatnya.” (HR Bukhari). Hadis ini memberikan gambaran yang bagus kepada kita tentang bagaimana kita berusaha menjadi teman yang baik bagi sahabat kita.
Kedua, dengarkan keluhannya. Nggak cukup cuma menjadi teman, tapi teman yang baik adalah yang bisa menjadi pendengar yang baik buat curhat temannya. Kalo teman kita ngeluh, maka kita berusaha untuk mendengarkannya. Seperti kata Gloria Naylor, seorang penulis sekaligus pendidik, “Menjadi seorang teman berarti menguasai seni menentukan waktu. Ada waktu untuk diam. Ada waktu untuk membiarkan dan mengizinkan orang melibatkan diri dalam sejarah mereka. Dan ada waktu untuk menyatukan potongan-potongan tersebut ketika semuanya berakhir,”
Memang agak sulit menjadi pendengar yang baik, apalagi kalo harus setia mendengarkan keluhan sang teman. Nggak semua bisa sukses. Tapi paling nggak, kita bisa mencobanya. Untuk menjadi pendengar yang baik, coba deh untuk mempertahankan kontak mata dengannya. Meski kita bosan dengan ucapannya yang kadang diulang-ulang dengan keluhan tentang kejombloannya, kita berusaha terus menatap matanya sebagai tanda perhatian. Selain itu, tunjukkin deh bahwa kamu perhatian sama dia dengan sesekali mengagggukkan kepala, menggumam atau melontarkan komentar-komentar pendek di sela-sela curhat dia. Syukur-syukur kalo kamu bisa memberikan solusi yang bagus buat dia.
Jadi, jangan sampe dia merasa sendirian terus meski banyak teman. Kesalahan kita kadang suka menganggap bahwa kalo anak ngaji yang udah terbina ilmu dan pengetahuannya pasti bisa menyelesaikan masalahnya sendiri (dueilee, emangnya superman?). Saya yakin, sekuat apa pun ia butuh tempat untuk curhat atas beban yang dideritanya.
Ketiga, berusaha meyakinkannya. Ya, kita harus berusaha untuk meyakinkan teman kita yang masih ngejomblo, bahwa jodoh itu adalah urusan Allah. Meski demikian, kita yakinkan pula bahwa dengan dibarengi usaha dan doa, maka cita-cita untuk melepaskan status jomblonya insya Allah bisa terwujud. Kita juga bisa meyakinkannya dengan memberikan semangat dalam bentuk ngasih solusi untuk sebuah keputusan yang benar dan tepat. Alecia Elliott, seorang penyanyi pernah bilang, “Ketika aku punya masalah, sahabatku tidak mengatakan aku harus bagaimana. Dia cuma mengatakan hal-hal yang membantuku membuat keputusan yang tepat.”
Ya, kadang di antara kita sulit untuk menunjukkan bahwa kita bisa membuat sahabat-sahabat kita merasa yakin dengan hidupnya. Sepahit apa pun. Yakinkan bahwa hidup masih pantas untuk kita nikmati. Resep yang bisa kita berikan adalah bersabar dan bersyukur. Yakinkan ia tentang hidup ini dengan memantapkan akidah dan keimanannya.
Keempat, penuhi harapannya. Bagaimana cara memenuhi harapannya? Ehm, mudah saja kok. Kita bisa menawarkan diri untuk membantunya mencarikan jodoh. Nggak usah malu dan nggak usah ragu. Bukankah membantu meringankan penderitaan dan berusaha memenuhi harapannya adalah juga ibadah? Waktu masih melajang, saya pernah berusaha membantu temen-temen untuk mencarikan jodohnya. Menjadi MC alias Makelar Cinta buat teman saya, pernah dilakukan. Ada yang berhasil, ada juga yang gagal di tengah jalan. At least, itu adalah upaya yang bisa kita berikan untuk membantu meraih harapannya. Biar kesannya nggak cuma omdo alias omong doang. Tapi kita tampil sebagai sahabat yang siap memberikan separuh nafasnya untuk kebahagiaan sahabatnya. Agak susah memang, tapi bukan berarti nggak bisa dilakukan kan? Sahabat sejati tidak pernah membiarkan sahabatnya berada dalam kebingungan. Dan itu sebagai wujud cinta dan sayangnya. Rasa-rasanya benar juga apa yang dikatakan Denise Martin, seorang eksekutif bisnis, “Persahabatan sejati laksana pendar cahaya fosfor—bersinar terang ketika dunia sekitar menjadi gelap.” Nah, bisa kan menjadi sahabat yang bisa memberikan pencerahan dan membantu meraih harapan sahabat kita?
Kelima, bagikan kesenangan kita. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Kitab al-Bidayah jilid 3, halaman 228, bahwa sahabat Anas ra menceritakan, “Ketika Abdurrah-man bin Auf ra berhijrah ke Madinah, Rasulullah saw. mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin al-Anshari ra. Kemudian Sa’ad berkata kepada Abdurrahman bin Auf, ‘Wahai saudaraku! Aku adalah salah seorang yang kaya di Madinah. Lihatlah! Ini adalah setengah dari harta kekayaanku, ambillah! Aku juga memiliki dua orang istri. Aku akan menceraikan salah seorang di antara mereka yang lebih engkau sukai, sehingga engkau bisa menikah dengannya.’ Abdurrahman bin Auf menjawab, ‘Semoga Allah memberkahi keluarga dan kekayaanmu. Tapi, tunjukkan saja kepadaku jalan menuju ke pasar, agar aku dapat mencari peruntunganku dengan kedua tanganku sendiri.’
Sobat muda muslim, kayaknya hebat banget ya kalo persahabatan kita kayak para sahabat Rasulullah saw. yang bisa begitu tulus. Jujur saja, banyak di antara kita masih mengukur untung-rugi, atau mungkin mengedapankan perasaan hati kita (untuk kepentingan kita sendiri) ketimbang berbagi perasaan dengan sahabat kita. Misalnya saja, kita membantu teman-teman kita yang jomblo untuk berbagi kesenangan dengan kita. Ya, seperti yang praktekkan langsung oleh Sa’ad bin al-Anshari ra kepada sahabatnya Abdurrahman bin ‘Auf. Sampe-sampe istriya saja siap “dibagikan” untuk sahabatnya.
Nah, bersedia nggak nih kalo kita kebetulan punya istri lebih dari satu kemudian menceraikannya untuk dinikahi sahabat kita yang kebetulan masih ngejomblo? Wuih, rasanya masih berat kali ye? Begitu pun dengan para akhwat yang sudah bersuami, sebagai bukti persahabatan di atas segalanya, bahkan di atas perasaan kita sendiri, bersediakah untuk berbagi kebahagian dengan menawarkan kepada suaminya untuk menikahi temannya yang masih jomblo? Wah, wah, ini sih udah “red alert” pikir kita. Bahaya besar! Hmm… lalu apa yang bisa kita perbuat untuk sahabat kita? Ehm, jangan cemberut dulu, tulisan ini pun sekadar menawarkan wacana dan juga mungkin solusi praktis. Bagaimana?
So, buat temen-temen yang kebetulan masih “ngejomblo”, jangan khawatir, meski itu pedih terasa, tapi masih banyak saudara yang bisa membantu meraih harapan-harapan kita. Oya, yang penting lagi, jika segala usaha dan doa sudah kita lakukan, tapi jodoh tak semulus karir atau pendidikan kita, jangan khawatir, selama kita masih berserah diri dan taat kepadaNya, insya Allah Dia pasti akan memberikan yang terbaik untuk kita, apa pun, termasuk masalah jodoh ini. Wallahu’alam.
Salam,
O. Solihin
Ingin berkomunikasi dengan saya? Silakan via Twitter di @osolihin
*Gambar dari sini