14 Tahun Kutempuh Jalan Ini

Kenanganku457 Dilihat

daun-cintaMelintasi waktu, melangkahi setiap jengkal jarak yang kemudian berubah jadi kenangan. Kadang indah kenangan itu, adakalanya susah. Semua sudah menjadi bagian dari kehidupan kita bersama dengan risiko yang harus kita tanggung. Saking seringnya menghadapi semua risiko, kita sudah terbiasa untuk memilih dan memilah mana yang terlebih dahulu harus diselesaikan. Tentu kita masih sering mengingat masa-masa yang sudah kita lewati. Banyak yang sudah kita raih, namun ada juga yang belum bisa kita dapatkan.

Semoga dirimu masih ingat—karena aku menyadari dan tahu betul, kau selalu bermasalah dengan angka (hehehe…). Ya, semoga kau masih ingat dengan tanggal ini: 21 November. Pada tahun 2013 ini adalah capaian kita selama 14 tahun menempuh jalan ini. Hidup bersama sejak 21 November 1999—tentu dalam ikatan pernikahan. Memang belumlah banyak bilangan angka itu bagi orang yang sudah jauh lebih dahulu menempuhnya. Namun, bagi kita, bilangan ini terasa sangat istimewa. Jejak langkah yang sudah kita lewati semoga membekas dalam pikiran dan perasaan kita, bahwa sudah begitu lama kita bersama dan sekaligus bersatu.

Saat itu, 21 November 1999, kita memutuskan menikah. Usiamu saat itu lewat 22 tahun, aku menjelang 26 tahun. Jika dihitung dari tahun kelahiran, jarak usia kita hanya terpaut 3 tahun lebih 2 minggu. Saat itu, kita masih terbilang menikah di usia ideal. Alhamdulillah, hingga kini kita tetap bersama sekaligus bersatu. Semoga hingga usia kita kian menua, kebersamaan kita kian erat. Tak perlu ada yang kita ragukan ketika cinta dilandasi iman kepada Allah Ta’ala. Semua akan baik-baik saja. Insya Allah.

Baca juga:  Bukan Akhir dari Perjuangan, Kawan!

Menulis sebuah momen penting yang menarik seperti ini, begitu banyak kenangan terlintas di kepala. Sepertinya memori itu berkumpul dan bergumul saling ‘mengalahkan’ agar aku mengenangnya terlebih dahulu. Kenangan pahit itu biasa, kenangan manis juga biasa. Semua sudah menjadi bagian dalam hidup kita. Tak perlu ada penyesalan, sebab keputusan sudah kita tetapkan. Kita hanya perlu menguatkan hati kita untuk tetap tegar menghadapi semua tantangan. Sebab, kian lama kita bersama, mungkin saja kebosanan akan melanda. Banyak hal yang berpeluang memicu kebosanan dalam kebersamaan kita. Namun, kita seharusnya meyakinkan diri kita bahwa ketika Allah Ta’ala tetap bersama kita, tak ada yang perlu diragukan, apalagi ditakutkan—salah satunya kebosanan. Kita hanya perlu menambah amunisi untuk mengokohkan keimanan kita, menguatkan tawakal kita, mengikat kuat ketakwaan kita dalam memaksimalkan ikhtiar kita. Insya Allah apa yang kita inginkan suatu saat akan terwujud dengan keridhoan dari-Nya.

Tak banyak yang hendak aku tuliskan. Namun, aku yakin dirimu pasti tahu banyak kenangan dan harapan di antara kita selama ini. Iya kan? Nanti kita bisa ceritakan kepada anak-anak kita, melalui kata yang terucap atau rangkaian kata yang tertulis. Semoga pernikahan kita senantiasa diberkahi Allah Ta’ala dan Dia memudahkan segala urusan kita dalam mengukir indahnya jalinan cinta yang diridhoi-Nya.

Istriku, inilah surat cinta berjuta kenangan

Baca juga:  Wanita Pelakor dan Pria Senior

O. Solihin

*gambar dari sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses