Nggak Tahu? Ya Belajar, Yuk!

Inspirasi523 Dilihat

tips-belajarSobat, saya pernah dapetin keterangan dari salah seorang guru ngaji saya yang menyampaikan pendapat seorang ulama tentang tipe-tipe orang yang bisa kita temukan dalam kehidupan ini. Pertama, orang yang tahu dan dia tahu kalo dirinya tahu. Kelompok ini insya Allah bisa diajak berpikir. Malah tinggal bergandengan bersama untuk menciptakan kebaikan. Kedua, orang yang tahu kalo dirinya tidak tahu. Nah, ini relatif mudah untuk diajak baik. Sebab, dia udah tahu kalo dirinya nggak tahu. Maka caranya harus diajak belajar. Ketiga, orang yang tidak tahu kalo dirinya tahu. Orang-orang model gini kudu disadarkan tentang kondisi dirinya. Diingatkan tentang potensi yang dimilikinya. Keempat, orang yang tidak tahu kalo dirinya tidak tahu. Walah, ini namanya lumayan ngeyel dan parah. Apalagi kalo sampe doi sok tahu. Maka perlakuannya, orang-orang model gini kudu diajak supaya mau sadar dan belajar agar mampu mengolah pikir dan rasanya. Dari yang tadinya nggak tahu jadi tahu, gitu lho. Nah, setelah ngukur diri, kita masuk ke golongan yang mana nih?

Boys and gals, lagian nih, secara naluri aja kita malu nggak sih kalo keluar rumah nggak berpakaian? Kita belum bilang ini dilarang menurut agama dan dianggap biasa oleh sekularisme. Tapi kita pake alam pikiran kita sendiri sebagai manusia. Idealnya, manusia normal, gimana pun kurang ilmunya, kemungkinan besar ia akan malu jika keluar rumah telanjang. Apalagi jika kemudian ia melihat dan membandingkan dengan orang lain yang justru ada juga yang berpakaian rapi menutup aurat. Minimal banget, dia tuh heran dan berpikir: “Kok ada ya yang pake baju lengkap menutup aurat? Kenapa saya malah berpakaian seperti ini?” Wah, kalo udah bisa berpikir kayak gini T.O.P dah. Dua jempol buat doi.

Baca juga:  Belajar, Mengajar, dan Menuliskannya

Nah, memang sih, nggak bisa nyalahin seratus persen akibat sekularisme kita jadi rusak. Sebab, kenyataannya, meski sekularisme terus diterapkan, tetapi banyak juga yang melawannya. Kenapa bisa begitu? Karena mereka yang melawan sekularisme mau belajar. Sebab, dengan belajar paling nggak kita dapetin tiga aspek. Pertama, aspek koginitif alias ilmu pengetahuan. Tadinya kita nggak tahu, tapi dengan belajar akhirnya jadi tahu. Kedua, aspek afektif alias perasaan (emosional). Sebelum belajar kita adalah orang yang penakut, tapi begitu belajar tentang keberanian akhirnya jadi pemberani. Tadinya tidak mau mengenakan pakaian yang menutup aurat, akhirnya jadi mau karena pas belajar dikasih tahu manfaat dan juga hukum-hukumnya terkait dengan ajaran agama kita. Ketiga, keuntungan lain dari belajar adalah berkembangnya aspek psikomotorik alias keterampilan. Tadinya nggak bisa, jadi bisa. Pilihan ada di tangan kita: Mau belajar atau mau tetap hidup semau gue dengan aturan yang suka-suka kita tanpa dibimbing kebenaran mutlak, yakni dengan aturan dari Allah Swt. dan RasulNya?

So, buat kita-kita semua, yuk kita belajar. Sebab, dengan belajar kita bisa dapetin ilmu. Allah Swt. memuji orang-orang yang beriman dan berilmu lho. Firman Allah Swt.: “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS al-Mujaadilah [58]: 11)

Sabda Rasulullah saw.: “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar.” (HR Bukhari)

Baca juga:  Inspirasi Santri

Sobat muda muslim, normalnya sih seseorang sebelum sampe ke tahap berpikir–yang dengannya bisa menentukan sikap dan tahu mana yang salah dan mana yang benar–sejatinya ia pasti melewati proses KLT alias Knowing (tahu), Learning (belajar), and Thinking (berpikir). Maka, buat yang nggak ngeh tentang pornografi, pasti sebetulnya ia tahu kalo ada perbedaan cara berpakaian dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Ada yang membuka aurat dan malah ada yang tertutup rapat tubuhnya ketika keluar rumah. Idealnya, proses dia “tahu” atau knowing itu ditindaklanjuti dengan learning alias belajar. Bertanya kepada yang tahu mengapa ada yang berpakaian memperlihatkan keindahan tubuhnya dan malah ada yang menutup rapat potensi keindahan tubuhnya. Jangan cuek aja. Udah ngerasa beda, ya jangan berani beda tanpa ilmu.

Selanjutnya nih, bagi orang yang udah belajar rutin dan intensif, seiring dengan ilmu yang bertambah banyak, juga olah pikir dan rasanya yang kian bagus, maka dia insya Allah sampe ke tahap berpikir alias thinking. Di tahap ini, dia malah punya kelebihan. Selain mengamalkan ilmu dalam kehidupannya, juga ia mau ngajak orang lain agar sadar bahkan rela menanggung penderitaan agar orang lain sadar dan mengikuti ilmu yang diajarkannya.

Ilustrasi sederhana adalah: ketika kamu tahu kalo ada lubang di sebuah jalan. Maka ketika tahu kamu bakalan hati-hati melewati jalan tersebut. Karena sering lewat situ, akhirnya kamu belajar bagaimana caranya menghindari jalan itu meski pada malam hari. Kamu amati dan ingat tempat mana saja yang lubangnya berbahaya. Terakhir, kalo kamu sampe ke tahap berpikir adalah ketika kamu mulai memasang papan peringatan demi keselamatan orang lain, misalnya: “Hati-hati ada lubang!” Bahkan lebih keren lagi kamu lapor ke aparat setempat untuk memperbaiki jalan berlubang tersebut karena bisa membahayakan orang lain. Keren banget kan? So, perubahan itu adalah proses. Kamu pasti bisa melewatinya. Yakin aja.

Baca juga:  Jomblo Idaman

Cuma masalahnya nih, proses itu aja belum cukup kalo belum ada kemauan. Bahkan mau aja belum maksimal kalo belum sadar. Jadi, sadar diri yuk. Cari tahu, biar nggak malu-maluin. Caranya, ya belajar biar tahu dan mau berpikir. Oke?

Salam,
O. Solihin
Ingin berkomunikasi dengan saya? Silakan via Twitter di @osolihin

*Gambar dari sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses