
Pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat yang berjumlah lebih dari 30 negara (termasuk di dalamnya Arab Saudi, Qatar, Yordania, Uni Emirat Arab, Turki), sejak 27 September 2014 lalu menggempur IS (Islamic State–sebelumnya bernama ISIS). Sebelumnya, sejak Agustus Amerika juga mulai menyerang IS/ISIS. Namun, hampir 2 pekan lamanya tak kunjung menuai hasil sempurna. Obama sendiri mengakui bahwa laporan intelijennya salah prediksi dengan menganggap remeh kekuatan IS. Dalam perang yang diakui Obama sebagai perang yang tak diketahui kapan akan berakhir, Amerika Serikat sendiri sudah menghabiskan biaya perang sedikitnya Rp 121 miliar per hari untuk ‘ransum’ mesin perangnya.
Tak hanya AS yang merasa belum memberangus IS/ISIS. Militer Inggris pun belum membuahkan hasil dalam operasi militernya di Irak, meski dengan pesawat jet canggih, yakni pesawat jet tempur Tornado.
Michael Fallon, Menteri Pertahanan Inggris, memperingatkan bahwa misi militer Inggris (RAF) dengan sandi Operation Shader, bisa berlangsung bertahun-tahun. “Ini bukan kampanye akhir pekan. Kami akan lihat bagaimana kelanjutannya, tapi pada akhirnya (ISIS) harus dikalahkan di Suriah,” sesumbarnya melalui BBC.
Amat nyata, pasukan koalisi itu kekuatannya lebih rapuh dari sarang laba-laba. Semoga para mujahidin di Irak dan Suriah bisa memenangkan pertempuran itu dan menjadikan Irak dan Suriah sebagai kuburan massal pasukan Amerika Serikat dan para begundalnya.
Jadi ingat kata-kata John Rambo di film Rambo–yang mungkin bisa dijadikan bahan sindiran kepada Amerika Serikat dan sekutunya oleh para mujahidin, “Jangan memaksaku, atau aku akan memberikan perang yang tak akan kau percaya.”
Semoga para mujahidin di Suriah dan Irak masih mengingat kisah Khalid bin Walid dalam penaklukan Persia, “Aku akan mengirimkan pasukan yang mencintai kematian, sebagaimana pasukanmu sangat mencintai kehidupan.”
Semoga 20 ribu pasukan Islamic State mampu memporak-porandakan pasukan koalisi–lebih dari 30 negara–pimpinan Amerika Serikat yang mungkin saja mereka tak tahu untuk apa mereka berperang.
Salam,
O. Solihin
*gambar dari sini
Dalam perang, kemenangan akan ditentukan nafsunya sendiri, jika nafsunya bersandar pada AlHaq (Allah), maka lambat atau cepat pasti akan dimenagkan Allah, akan tetapi jika AlHaqnya menjadi musuhnya maka akan hancur, baik cepat atau lambat akan terjadi, semuanya yang tahu masing-masing kelompok atas dasar apa mereka berperang, yang mereka masing-masing mempunyai kepentingan, kita tak mengetahui hati mereka masing-masing, persoalannya adalah ketika Allah mengingatkan, yang kau tak senangi belum tentu baik bagimu, ternyata baik BagiKu, dan yang engkau anggap baik bagimu, ternyata buruk BagiKu ( AlBaqoroh, ayat diperintah perang)