#2 Teroris Ramadhan

##webseriesramadhan | Serial Marbot Madani | By: O. Solihin

Imron dan Yasin yang sedang duduk terkantuk-kantuk kaget setengah mati. Jam digital di tangannya menunjukkan pukul 01:15. Mereka berbarengan saling pandang.

“Kamu dengar suara petasan barusan dari arah mana?” Imron menatap Yasin sambil bersiap melingkarkan sarungnya ke pinggang.

“Dari samping kanan masjid kayaknya kalo denger dari arah suaranya,” Yasin ragu.

Kemudian mereka menyorotkan lampu senter ke arah yang dimaksud Yasin. Tampak sisa kepulan asap dari petasan yang baru saja disundut dan meledak. Lalu mereka melangkahkan kaki pelan-pelan ke arah itu.

“Jangan bergerak!” suara berat dan lantang dari arah belakang memberhentikan langkah kaki keduanya.

Imron dan Yasin saling berpandangan. Tak kuasa menoleh ke belakang. Sesaat kemudian Imron merasakan leher bagian kanannya dingin ketika sebilah belati ditempelkan orang tak dikenal.

Belum sempat menguasai kondisi, kedua tangan mereka mulai diikat dengan tali. Didorong ke sudut masjid. Orang tak dikenal yang menyergapnya bertubuh tinggi besar memakai kain penutup wajah. Hanya kedua bola matanya yang bergerak-gerak yang bisa dilihat Imron dan Yasin. Berbagai kata-kata kasar dihamburkan. Imron dan Yasin hanya mampu memandang takut ketika seorang teman dari lelaki itu menutup mulut mereka dengan lakban hitam.

“Di masjid ini sering diadakan ceramah radikalisme!” lelaki itu kembali bersuara.

Seorang temannya yang tadi melakban mulut Yasin dan Imron bergerak cepat dengan mencorat-coret dinding masjid menggunakan pylox. Kedua perusuh itu sengaja merekam aksinya dari kamera yang diikat di kepalanya. Malam masih sepi. Jalanan juga sepi. Aneh, padahal ini malam Ramadhan.

Menjelang waktu sahur, banyak jamaah berdatangan ke masjid. Namun sebagian dari mereka kaget karena mendapati Yasin dan Imron tergeletak pingsan dengan tangan terikat dan mulut dilakban.

“Buka ikatan dan lakbannya!” seru seorang bapak.

Setelah membuka ikatan tali di tangan dan lakban di mulut kedua remaja masjid itu, mereka berusaha membangunkan dengan cara dicipratkan air ke muka Yasin dan Imron. Tak lama, kedua anak remaja itu mulai membuka matanya. Tapi kemudian seperti kaget dengan cara berteriak menunjuk-nunjuk ke arah dinding masjid. Para jamaah berbarengan melihat ke diinding masjid yang ditunjuk Yasin dan Imron.

“Astaghfirullah….!” Jamaah masjid kompak beristighfar.

“Ini nggak bisa dibiarkan!” seru seorang bapak dengan nafas tersengal menahan amarah.

Beberapa jamaah kemudian berusaha menutupi coretan-coretan di dinding masjid dengan koran atau kain yang seadanya. Mereka kaget bukan kepalang dengan kejadian ini.

Bakda Subuh pengurus DKM langsung mengadakan pertemuan. Imron dan Yasin didampingi Bang Faisal memberikan keterangan kejadian semalam. Berbagai usulan dan opini berseliweran di pertemuan tersebut. Apalagi kejadian semalam sudah beredar rekamannya di berbagai grup WhatsApp. Dibahas pula dalam diskusi agak panas itu. Menjelang waktu Dhuha, pengurus dan jamaah yang hadir membuat kesimpulan bahwa pelakunya sengaja merekam dan menyebarkan aksinya melalui media sosial untuk membuat teror. Bisa dipastikan bahwa targetnya adalah mengganggu keamanan. Teror di Bulan Ramadhan. Stigmatisasi terhadap Islam dengan menyematkan label radikalisme.

Bang Faisal menyemangati Imron dan Yasin, karena keduanya tampak trauma. Maka, mulai malam nanti yang berjaga akan dibantu bapak-bapak di komplek. Mereka merasa kecolongan. Merasa aman-aman saja selama ini, tapi ternyata dengan mudah disantroni orang-orang jahat.

“Ini mesti ada dalangnya. Tak mungkin mereka hanya melakukan aksi sendiri atau satu kelompok saja,” Bang Faisal menganalisa.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.