Punya Smartphone? Produktif Berkarya!

Kalo kamu punya smartphone, mestinya kamu juga kudu cerdas. Sebab, di tangan orang yang cerdas, smartphone jadi bermanfaat. Nah, tadi di awal tulisan ini udah disebutin bahwa kalo kamu cerdas, maka bisa bikin konten menarik dan bermanfaat untuk disebarkan lagi ke masyarakat. Bagian dari aktivitas dakwah Islam. Keren banget, tuh!

Rugi banget kalo ternyata kamu punya smartphone, malah kamu jadi mager lalu rebahan sambil stalking media sosial plus berkhayal pengen begini pengen begitu tapi nggak berusaha keras. Aneh banget, kan?

Kalo kamu belum bisa berkarya untuk kemaslahatan umat, belum bisa atau masih ragu bikin konten yang bermanfaat yang diproduksi dari smarthphone kamu, maka minimal banget kamu kudu nunjukkin akhlak yang baik ketika berinteraksi dengan teman-temanmu di media sosial. Agar mereka tahu bahwa dalam Islam diajarkan demikian, dan setiap muslim wajib memiliki akhlak mulia.

Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata, “Dahulu mereka (para shahabat Nabi) menilai bahwa akhlak mulia membantu tegaknya agama.” (dalam Hilyatul Auliya’, jilid 2, hlm. 274)

Bagi yang sudah lumayan bagus akhlaknya dan punya ilmu lebih, atau setidaknya memiliki ilmu yang pernah dipelajari di rumah, di sekolah, di pesantren, atau di mana pun, maka cerahkanlah wawasan orang-orang di sekitarmu. Bisa melalui grup WhatsApp atau Telegram, bisa share di Instagram, Tiktok, atau Twitter, juga Youtube. Tulislah atau buatlah video yang membahas hal-hal baik. Jangan malah yang buruk. Jangankan yang buruk, membahas perkara yang tidak bermanfaat aja nggak boleh. Tapi faktanya, ternyata masih banyak kok yang melakukannya. Jadinya rugi, kan. Rugi bukan cuma ke diri sendiri, tetapi juga merusak agama.

Ibnul Wazir rahimahullah berkata, “Kebanyakan manusia tidak bisa bersabar untuk tidak ikut membahas perkara yang tidak bermanfaat baginya. Mereka juga tidak mampu mengatakan yang benar dalam perkara yang mereka ikuti. Inilah yang akan merusak agama dan dunia seseorang. Semoga Allah merahmati orang yang berbicara dengan ilmu dan orang yang diam dengan kelembutan.” (dalam Al ‘Awaashim wal Qawaashim fi Dzabbi an Sunnati Abil Qasim, jilid 5, hlm. 7)

Ada tanggung jawab besar juga bagi kita yang udah belajar dan memiliki ilmu agar bisa mengamalkan ilmu kita, bahkan kalo bisa menyebarkan lebih bagus lagi. Patut bersyukur karena ilmu yang kita pelajari jadi ada manfaatnya. Itu artinya, kita ada peluang untuk produktif berkarya dan berdakwah.

Al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah berkata, “Di antara tanda ilmu yang bermanfaat adalah membimbing pemiliknya untuk lari meninggalkan dunia. Adapun (bahaya) terbesar dari perkara dunia adalah kepemimpinan, ketenaran, dan pujian. Sungguh, orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat tidak akan mengaku-aku memiliki ilmu, tidak membanggakannya kepada siapa pun, dan tidak akan menganggap orang lain bodoh, kecuali terhadap orang yang menyelisihi sunnah (ajaran) Nabi dan menentang orang-orang yang berpegang teguh dengannya.” (dalam Majmu Rasail al-Hafidz ibn Rajab, jilid 3, hlm. 13)

Oya, bagi kamu yang belum bisa berkarya produktif, tetap tunjukkan adab islami dalam kehidupanmu, termasuk ketika kamu berinteraksi di media sosial dengan gawaimu. Jangan sampai lalai. Setidaknya kalo belum bisa berdakwah, jangan menjadi penghalang dakwah.

Ada nasihat bagus dari Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Jika engkau tidak termasuk pembela Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang turun di medan perang, maka jadilah engkau termasuk para penjaga tenda pasukan, jika engkau tidak mau melakukannya maka jadilah salah seorang penonton yang mengharapkan kemenangan bagi kaum muslimin, dan jangan sampai engkau menjadi yang keempat (penggembos) sehingga engkau akan binasa.” (dalam Bada-i’ul Fawaid, hlm. 1204)

Yuk, manfaatkan gawai untuk kebaikan dan dakwah serta menunjukkan kemuliaan Islam, Jangan sampe gawaimu bikin kamu lalai dan jauh dari syariat Islam, apalagi sampai membuat akidahmu rusak gara-gara kamu menggunakan smartphone untuk mencari informasi yang justru menyesatkanmu dan bahkan menyebarkan keburukan dan kejahatan. Nauzubillahi min dzalik.

Salam,
O. Solihin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.