Deskripsi
Bukan maksud menggarami luka lama (bagi yang merasa tersinggung), tapi saya sedang bermonolog dan seolah-olah menjadi mereka. Saya sedang berusaha untuk empati dengan kawan-kawan yang masih jomblo. Tulisan ini sekadar catatan ringan, saya memungutinya dari berbagai kejadian yang kemudian saya berikan “bumbu” agar lebih menarik. Tapi jangan khawatir, “bumbu” tersebut tetap realistis. Kejadiannya mungkin masih bisa terjadi dan bisa kita saksikan (atau bahkan dirasakan?). Semoga menjadi inspirasi bagi para pembaca.
So, kalo kamu emang jomblo, kayaknya udah nggak pantes lagi deh nutup-nutupi statusmu. Percaya diri aja lagi. Nggak usah khawatir kena sindir atau dicemooh. Jomblo itu bukan aib kok. Jomblo bukan kriminal. Ngapain harus malu? Percuma juga kan punya gandengan or gebetan tapi malah menjadi sarana berbuat maksiat karena hubungan dengan lawan jenisnya terkategori hubungan tanpa aturan yang benar menurut syariat agama. Jadi, bagi kamu yang masih jomblo, nggak rugi kalo membaca Jomblos’ Diary ini. Insya Allah akan ada banyak manfaat dan inspirasi yang bisa dijadikan pelajaran berharga. Semoga. Oya, saya tetap menulisnya dengan bahasa yang khas remaja. Silakan dinikmati ya.
Di buku sederhana ini, selain jumlah halamannya tipis, saya sengaja tidak menaburkan banyak data dan dalil untuk pelengkap argumentasi, karena buku ini sifatnya adalah bacaan ringan yang diharapkan meski sedikit (kayak obat dalam kemasan kapsul) tapi cepat menyerap dan memudahkan pembaca untuk memahami persoalan yang tengah dihadapi remaja, yakni masalah jomblo.
Ulasan
Belum ada ulasan.