Agama kita udah mengatur soal ini. Khususnya dengan siapa kita berteman. Gimana pun manusia adalah makhluk sosial. Nggak bisa hidup sendirian. Pasti memerlukan bantuan orang lain, perlu interaksi dengan orang lain. Baik di keluarga, dengan tetangga sekitar, dengan lingkungan yang lebih luas lagi seperti di sekolah, di tempat kuliah, di tempat kerja, bahkan di dunia maya. Itu pasti kudu ekstra dalam menandai dan mewaspadai hubungan-hubungan tersebut. Kita nggak bisa asal main dengan orang, nggak sekadar simpati pada seseorang, nggak asal ngomong dengan orang lain, nggak asal gabung jadi bagian dari mereka. Ada aturan dan batasan. Khusus dalam pertemanan, bagi kita sebagai muslim, ada aturan mainnya. Nggak semua orang bisa jadikan teman akrab alias sahabat. Kalo sekadar say hello kalo ketemu, okelah. Tapi kalo dijadikan teman akrab, nanti dulu. Perlu ada prosesnya. Nggak sembarangan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang. Itu sebabnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)
Nah, dalam hadits ini agama menjadi hal utama. Jadi, jangan akrab dengan orang kafir. Jadi ini red flag-nya tebal pake double. Nggak boleh kita akrab dengan orang kafir, apalagi orang kafir yang memerangi kaum muslimin. Maka, kalo kemarin-kemarin viral di media sosial ada lima orang dari ormas Islam berkunjung ke Israel dan berfoto dengan presiden negeri penjajah tersebut, maka bisa dipastikan orang-orang model gitu ditandai sebagai red flag. Nggak boleh kita jadikan teman. Sebab, dia malah menjadikan orang kafir Yahudi Zionis Israel sebagai temannya. Ngeri, ah!
Bisa kamu lihat, betapa banyak orang yang kecebur maksiat gara-gara salah gaul, nggak pandai pinter teman gaul. Bahaya banget, itu. Padahal ada pepatah, “kalo takut dilebur ombak jangan berumah di tepi pantai”. Ini bisa juga diartikan, kalo iman kamu belum kuat, ya jangan berteman dengan orang kafir. Bisa kebawa jadi kafir nantinya. Kalo kamu adalah orang yang belum berilmu, jangan berteman akrab dengan orang yang sering bermaksiat, kamu bisa kebawa jadi ahli maksiat karena kebodohanmu nggak ngerti aturan dan batasan dalam ajaran agama. Intinya, waspadalah. Tandai teman gaulmu dan pilih teman yang baik.
Benar. Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga nggak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari, no. 5534 dan Muslim, no. 2628)
Tuh, jelas banget bahwa pengaruh teman itu besar banget dalam kehidupan seseorang. Kalo kamu tipe orang yang mudah terpengaruh, jangan berteman dengan orang yang salah. Jangankan yang lemah karena mudah terpengaruh, bahkan orang yang awalnya kuat karena punya prinsip kebaikan, bisa dikikis kekuatannya ketika berteman akrab dengan orang yang salah.
adi, tetaplah waspada. Tandai teman model gitu sebagai red flag.
Salam,
O. Solihin