Lawanlah, meski dengan menulis

Saat-saat di mana kita tak memiliki tenaga untuk melawan, kita masih bisa menulis. Saat-saat di mana suara kita dibungkam, kita masih bisa menulis. Saat-saat fisik kita dipenjara, kita masih bisa menulis. Lakukanlah perlawanan, meski dengan hanya menulis.

Menulis melancarkan berbicara

Bagi Anda yang ingin bisa menulis, cobalah mulai dengan menuliskan hal-hal yang paling Anda sukai dan paling Anda kuasai. Saya selalu mengulang hal ini di setiap kesempatan karena manfaatnya insya Allah akan terasa sekali. Jangan putus asa pula. Jika gagal pada tulisan pertama, lakukan pada tulisan kedua, ketiga, keempat, bahkan kesepuluh dan mungkin saja keseratus.

Beranilah menuliskan buah pikiranmu!

Baiklah, ini sekadar catatan kecil saja. Sekadar membangkitkan motivasi bagi siapa saja yang mau memulai menulis atau membiasakan menulis. Intinya, aktivitas menulis itu tidak lepas dari membaca. Maka, jika diformulasikan begini; “membaca, menulis, membaca lagi, menulis lagi, begitu seterusnya”.

Harus mulai dari mana?

Memulai, bagi kebanyakan orang memang berat. Susah. Sulit. Malas. Memulai itu adalah jenis usaha yang memerlukan kekuatan, keteguhan, kesungguhan, juga keyakinan. Itu sebabnya, amat wajar jika ketika memulai suatu pekerjaan setiap orang memiliki caranya sendiri.

Tulislah pengalamanmu!

Menuliskan pengalaman itu asik lho. Kita bisa ‘merekonstruksi’ kejadian yang pernah kita alami. Kita bisa menceritakan ulang dalam sebuah tulisan. Apalagi jika kita bisa merangkainya dengan jalinan kata dan kalimat yang enak dibaca, mudah dipahami dan memberikan pencerahan kepada pembaca.

Untuk apa sih menulis?

Saya pernah mendapatkan pertanyaan seperti judul yang saya gunakan untuk tulisan kali ini. Penanya tersebut menurut saya sudah tepat menanyakan demikian. Why? Karena seharusnya setiap melakukan sesuatu kita memiliki niat dan tujuan yang jelas. Bisa tergambar, bisa dikerjakan, dan bisa menghasilkan serta bermanfaat.

Mengapa banyak orang merasa berat dalam menulis?

Banyak orang merasa berat untuk memulai menulis. Tak sedikit dari mereka pada akhirnya memilih tidak menulis sama sekali. Sebagian kecil memilih meneruskan menulis meski ‘babak belur’ berjibaku melawan hambatan-hambatan menulis. Itu pun ada yang sukses melepas belenggu yang menghambatnya, namun tak sedikit yang menyerah di detik-detik menjelang…