#14 Rokok Pak Guru

#webseriesramadhan | Serial Marbot Madani | By: O. Solihin

Yasin pegel ati. Mangkel bin jengkel. Ia kecewa dengan beberapa guru di sekolahnya. Sebenarnya ini udah lama banget dan setiap hari juga sebelum Ramadhan udah sering menyaksikan beberapa guru yang merokok di ruang guru. Tapi apa daya, dia nggak berani protes setiap kali mengantarkan buku tugas anak-anak dan selalu menyaksikan beberapa guru asik ngebul di ruang guru.

Tapi kejadian yang bikin Yasin pegel ati alias mangkel bin jengkel adalah karena Pak Farto (ini sengaja nulisnya pake “F” bukan “P”) bercanda di kelas dengan mengatakan bahwa, “Orang yang rugi di dunia dan akhirat adalah mereka yang tidak merokok.”

Sungguh candaan yang konyol dan melecehkan. Bagi teman-temannya yang merokok jadi mendapat angin segar candaan tersebut. Tapi bagi Yasin dan kawan-kawannya yang tidak merokok, jelas itu sebuah pelecehan, bahkan penghinaan. Itu sebabnya, ia jadi berani mengatakan kepada Pak Farto.

“Mohon maaf, Pak. Bapak boleh saja merokok dan mungkin tidak bisa atau tidak mau menghentikan kebiasaan bapak dalam merokok. Tapi mohon tidak bercanda dalam masalah ini dengan candaan seperti itu. Apalagi di bulan puasa, Pak!” Yasin meyakin-yakinkan diri memberanikan berbicara.

Raut muka Pak Farto berubah. Agak memerah. Masih berusaha untuk tersenyum tapi kecut bin masam rasanya. Ruangan kelas mendadak hening. Beberapa anak saling berbisik. Kemudian terdengar, “Nak, kamu belum mengerti soal kenikmatan. Janganlah sebuah kenikmatan itu dijegal dengan segala macam ancaman!” tiba-tiba Pak Farto berkomentar dengan nada serius.

Tadinya Yasin ingin sekali membalas komentarnya Pak Farto, tapi dirinya tak kuasa karena pertimbangan nggak enak berdebat dengan guru di depan murid-murid lainnya. Yasin hanya diam saja sampai jatah jam pelajaran Pak Farto usai.

Beberapa anak yang setuju dengan apa yang dilakukan Yasin, mereka mengapresiasinya begitu Pak Farto keluar dari kelas. Tapi bagi yang setuju dengan apa yang disampaikan Pak Farto, kontan nge-bully Yasin. Begitulah hidup. Selalu ada hitam dan putih, walau kadang berhadapan dan memilih yang abu-abu. Semua ada konsekuensinya.

Sepulang sekolah ia mampir ke Masjid Daarun Niaam. Menjelang waktu Ashar. Anak-anak Marbot Madani sudah banyak yang berkumpul untuk ngadain kegiatan rutin menjelang buka shaum. Sudah ada Aji, Imron, Luthfi, Ryan, dan Didin.

“Assalaamu’alaikum!” Yasin mengucapkan salam sambil menyalami kawan-kawannya.

“Gimana kabarnya, Yas?” Aji menyapa Yasin.

“Alhamdulillah, baik. Cuma lagi mangkel ati nih!” Yasin belum bisa menghilangkan kekesalannya atas kejadian di kelas hari ini.

Beberapa anak akhirnya bertanya kenapa Yasin kesal. Yasin menceritakan semua yang terjadi di kelas hari ini, terutama omongan Pak Farto dan tindakannya berusaha mengingatkan Pak Farto. Anak-anak Marbot Madani langsung menanggapi dengan beragam ide.

“Kita bikin video aja tentang bahaya rokok dan merokok,” Imron mengusulkan.

“Kayaknya nggak mempan deh bagi orang yang udah kecanduan,” Luthfi pesimis.

“Nggak ada salahnya sih bikin video begitu. Ditambah bikin tulisan atau desain grafis terkait bahaya merokok boleh aja. Kita ikhtiar aja,” Aji ngasih harapan.

Yasin manggut-manggut sambil berusaha mengelus dagu, tapi jenggotnya masih belum tumbuh subur.

Susah-susah gampang sih nasihatin or nyadarin yang udah kecanduan merokok. Kan ada juga tuh meme dibuat. Bagi yang setuju merokok, meme-nya begini, “Setelah membaca artikel bahaya merokok, maka saya berhenti membaca artikel itu.” Hehehe bukannya berhenti merokok. Berarti ini soal cara pandang.

ooOoo

Esoknya, Yasin dipanggil ke ruangan BK. Bimbingan dan Konseling. Ada laporan bahwa Yasin memposting sebuah quote yang di-screenshot ke grup WhatsApp temen-temen sekolahnya. Ternyata ada beberapa siswa yang nggak suka lalu melaporkan kasus ini kepada guru BK.

Apa sih yang diposting oleh Yasin ke grup WhatsApp temen-temennya di sekolah dia? Sebenarnya kutipan menarik tentang rokok yang pernah diposting Ustaz Aa Gym di akun Twitternya. Isinya: “Bagi guru yang masih merokok sebaiknya memilih, berhenti merokok atau berhenti jadi guru. Murid perlu teladan yang baik.”

Di ruangan berpendingin 18 derajat celcius itu, Yasin seperti disidang. Sudah ada Pak Bobby yang menjadi guru BK. Ada juga Pak Farto yang sedang ada masalah dengannya. Yasin berusaha menenangkan dirinya.

“Yasin, Bapak mendapat laporan bahwa kamu mengirim sebuah screenshot ke grup WhatsApp temen-temenmu di sekolah. Banyak teman kamu yang menghubungkan postingan kamu itu dengan kejadian di kelas kemarin pagi,” Pak Bobby memulai obrolan.

“Kamu boleh tidak suka saya merokok. Tapi jangan kemudian memprovokasi orang lain untuk tidak suka dengan apa yang saya lakukan,” Pak Farto tiba-tiba berkomentar.

Terlihat Pak Bobby berusaha menenangkan Pak Farto. Setelah terjadi dialog di antara mereka, lalu Pak Farto meninggalkan ruangan BK dengan langkah tergesa.

“Baik, Yasin. Sebenarnya yang kamu lakukan itu benar. Tapi…” Pak Bobby tidak melanjutkan.

“Tapi apa, Pak?” Yasin tak sabar.

“Tenang Yasin. Bapak belum selesai bicara.”

“Maaf Pak, saya sudah jengkel. Di sekolah kita ini murid dididik untuk taat aturan. Tapi mengapa para guru tidak mencontohkan bagaimana mentaati sebuah peraturan. Dalam hal ini tentang larangan merokok,” Yasin menatap Pak Bobby.

“Iya, tapi itu dilema kita di sini. Memang aturan untuk siswa dan guru berbeda. Tetapi benar seperti yang kamu sampaikan, bahwa guru semestinya menjadi teladan dalam mencontohkan ketaatan terhadap aturan,” ujar Pak Bobby.

Yasin dan Pak Bobby lalu berdiskusi cukup lama. Hampir setengah jam mereka ngobrol. Setelah keluar dari ruangan BK, beberapa kawan Yasin yang penasaran akhirnya bertanya kepada Yasin tentang apa saja yang diobrolkan di ruang tersebut.

“Apa keputusannya?” tanya Dedy, teman sekelasnya.

“Tadi kok ada Pak Farto di ruangan itu, apakah masalah ini jadi serius?” Didin, sesama anak Marbot Madani yang kebetulan satu sekolah hanya beda kelas, penasaran.

“Sudahlah. Kita memang minim teladan. Kalian tahu sendiri kan, guru yang merokok memang bukan Pak Farto saja. Tapi ada beberapa yang lainya. Pihak sekolah nggak berani negur guru yang merokok karena ternyata bapak kepala sekolah kita juga merokok. Kita aja yang nggak tahu. Tapi di antara para guru, mereka tentu mengetahuinya,” Yasin panjang lebar menerangkan.

“Lalu apa tindakan kita?” teman-temannya hampir berbarengan bertanya.

Yasin diam sejenak. Kemudian menjawab, “Sudah akut. Sudah sulit. Kecuali ada yang mau sadar diri dan berubah di institusi ini. Minimal kita nggak ikut-ikutan dan pernah menyampaikan pendapat kita bahwa hal itu adalah kebiasaan buruk dan mengganggu kesehatan.”

Berdasarkan laporan dari anak-anak yang lain, Pak Farto termasuk yang akrab dengan anak-anak yang sama-sama merokok. Bahkan sempat kepergok merokok bareng di kelas. Itu yang membuat Yasin makin nggak respek.

“Kasihan sebenarnya. Wibawanya sebagai guru jatuh di hadapan muridnya sendiri,” tulis Bang Faisal di WhatsApp saat Yasin konsultasi dengan pembina remaja Madani tersebut.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.