Waspadai Sifat Nifaq

post33Do you know nifaq? Yes, nifaq menurut syara’ itu artinya menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Ini bahaya banget karena orang bisa ketipu dengan sikap orang yang kayak gini. Contohnya, kita menampakkan diri bahwa kita rajin shalat padahal sebenarnya kita malas. Hanya kita lakukan rajin shalat ketika di hadapan orang lain. Tapi kalo lagi sendiri di rumah nggak pernah melakukan shalat. Beda ama riya’, karena biasanya kalo riya’ itu dia bisa jadi rajin shalat juga di rumah ketika sendiri, cuma ketika di hadapan orang lain ingin dipuji dan mendapat simpati. Tapi kalo nifaq (orangnya disebut munafiq), memang sengaja menutupi kekufuran dan kejahatan dengan menampakkan keislaman di hadapan orang lain. Wah, nggak banget deh buat kita sikap seperti ini. Jauhi yuk!

Orang yang munafiq itu seperti bermuka dua alias hipokrit. Misalnya nih, kalo shalat dia itu merasa terpaksa atau malas. Karena memang secara fisik ia terpaksa ingin berbuat baik, tapi hatinya nggak gitu. Jadi emang nggak klop. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS an-Nisaa’ [4]: 142)

Dari ayat ini bisa kita pahami bahwa memang kalo orang yang munafiq itu seolah-olah akan menipu Allah Swt. dengan apa yang diperbuatnya. Dulu di jaman Nabi saw. ada beberapa orang munafiq yang kalo di hadapan Nabi saw. dan para sahabatnya seperti taat. Mereka shalat juga bahkan ikut bersama jamaah kaum muslimin. Bisanya sih rada-rada malas gitu. Soalnya, hati dan pikiran mereka nggak taat sama Allah Swt. sebagaimana orang yang beriman. Itu namanya nipu. Tapi kagak mungkin nipu Allah Swt. Iya kan?

Oya, kamu perlu tahu juga bahwa sifat nifaq ini ada dua jenis lho. Pertama, nifaq secara i’tiqadi (keyakinan) dan kedua nifaq secara amali alias perbuatan.

Untuk nifaq i’tiqadi atau keyakinan ini ada empat macam nih: Pertama, mendustakan Rasulullah saw. atau mendustakan sebagaian dari apa yang beliau bawa. Kedua, membenci Rasulullah saw. atau membenci sebagian apa yang beliau bawa. Ketiga, merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah saw. Keempat, tidak senang dengan kemenangan agama Rasulullah saw.

Waduh, kalo ada satu atau malah keempat macam dari nifaq secara keyakinan ini, buru-buru bertobat deh. Jangan sampe telat dan ajal datang menjemput kita. Mudah-mudahan kita dijauhkan dari sifat nifaq secara keyakinan ini, karena ini termasuk nifaq yang berat banget. Bisa menjerumuskan kepada kekufuran. Naudzubillahi mindzalik.

Kalo nifaq perbuatan tuh kayak gini, misalnya kamu berbidah tapi malas dan nggak bergairah. Hanya merasa semangat (itu pun sedikit), yakni ketika bareng jamaah lainnya dengan harapan ingin dipuji sebagai bagian dari kaum muslimin. Duh, pokoknya ati-ati deh, jangan sampe sifat ini ngendon di pikiran dan perasaan kita semua. Setuju kan?

Terus gimana dong kalo kita ingin tahu bahwa ada orang yang diindikasikan sebagai orang munafiq di sekitar kita? Kalem Bro, ini ada hadis yang bisa kita jadikan rujukan. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), “Ada tiga perkara, barangsiapa yang memilikinya maka ia tergolong munafiq walaupun ia puasa, shalat, dan beranggapan dirinya sebagai seorang muslim. Jika bicara ia dusta, jika berjanji tidak menepati, jika diberi amanah ia berkhianat.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra)

Dalam riwayat yang lain, yakni dari Abdullah bin Umar ra, Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), “Ada empat perkara, barangsiapa yang memilikinya jadilah ia seorang munafiq dan barangsiapa yang memiliki satu bagian darinya maka ia memiliki satu sifat munafiq sampai ia meninggalkannya. Jika berbicara ia dusta, jika berjanji ia tidak menepati, jika diberi amanah ia berkhianat, dan jika bertengkar ia curang.” (HR Bukhari dan Muslim)

Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (QS al-Baqarah [2]: 204)

Aduh berat juga ya? Ini maksudnya selalu lho. Kalo kebetulan kita berbohong sekali, belum termasuk. Tapi kalo selalu berbohong dalam perkataan kita, ati-ati deh. Buang kebiasaan tersebut. Juga kalo misalnya kamu tidak menepati janji sekali atau dua kali, tapi dalam janji lainnya menepati hal itu belum termasuk munafiq, hanya saja statusnya udah masuk “waspada” kali ye? Semoga kita dihindarkan dari sifat sedemikian.

Bro, sifat nifaq ini bukan cuma dalam muamalah alias berurusan dengan sesama manusia, tapi juga bisa dimasukkan ke dalam hal ibadah kepada Allah Swt. Gimana pun juga, niat ibadah kita nggak bisa dicampur dengan kedustaan dalam ucapan, juga dalam berkhianat, dan tidak amanah. Ibadah kepada Allah Swt. memerlukan kejujuran dan niat tulus, serta senantiasa amanah dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan dari Allah Swt. Itulah mengapa, sifat nifaq ini yang bisa bikin rusak keikhlasan kita kepada Allah Ta’ala.

Salam,
O. Solihin
Ingin berkomunikasi dengan saya? Silakan via Twitter di @osolihin

*Gambar dari sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.