Kuatkan Iman Kita

pengertian-keimanan-dan-ketakwaanApa sih definisi iman itu? Menurut Ustadz Taqiyuddin an-Nabhani, akidah atau iman adalah pembenaran yang pasti (tahsdiiq al-jaazim) yang sesuai dengan kenyataan berdasarkan dalil. Prof. T.M Hasbi ash-Shiddiqy juga berpendapat bahwa, “Iman ialah kepercayaan yang kuat, tidak dipengaruhi oleh syak (ragu-ragu) atau wahm (persangkaan yang tidak beralasan) ataupun zhann (persangkaan yang tidak memiliki alasan kuat).

Jadi, keimanan itu harus benar-benar tidak boleh ada keraguan. Itu sebabnya, ketika meyakini bahwa hanya Allah Swt. sajalah yang wajib disembah, maka seorang Muslim tak akan pernah tergoda untuk menyembah selain Allah Swt. Bahwa hanya Allah Swt. sajalah yang wajib diikuti aturanNya, seorang mukmin sejati tak akan pernah mau menerima aturan selain aturan yang ditetapkan oleh Allah Swt. untuk mengatur kehidupannya di dunia ini. Itu memang konsekuensinya.

Nah, untuk mengimani Allah Swt., kita bisa melalui dua jalan. Pertama, bisa secara dalil aqli dan kedua secara dalil naqli. Dalil aqli, yakni kita beriman kepada Allah Swt. dengan cara memikirkan tanda-tanda kekuasaanNya yang ada di langit dan di bumi. Bukti bahwa Allah Swt. itu ada bisa dilihat dari seluruh ciptaanNya, yakni manusia, alam semesta dan kehidupan ini.

Sementara untuk membimbing ke jalan yang benar, kita bisa memadukan dalil aqli ini dengan dalil naqli, yakni cara mengimani Allah Swt. melalui dalil-dalil yang tertulis dalam pegangan hidup kita, yakni al-Quran dan as-Sunnah. Bahwa secara akal kita bisa membuktikan keberadaan Allah Swt. meskipun tidak terlihat, maka secara naqli, dalil tertulis di dalam al-Quran kita akan lebih yakin bahwa Allah Swt. itu bukan saja harus diyakini keberadaanNya, tapi juga aturanNya. Misalnya dalam firman Allah Swt.: “Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya `Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah: “Siapakah yang di tanganNya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) besertaNya, kalau ada tuhan besertaNya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,” (QS al-Mu’minuun [23]: 84-91)

Jadi, kekuatan iman ini sangat penting untuk dimiliki oleh setiap Muslim. Tak gampang memang untuk bisa memiliki keimanan yang kuat, namun bukan berarti tidak bisa dimiliki. Insya Allah bisa selama kita berusaha untuk meraihnya.

Lalu, bagaimanakah agar iman itu bisa kuat dan kokoh? Sebenarnya ketika kita beriman kepada Allah Swt. melalui proses berpikir yang benar dan dibimbing wahyu Allah melalui al-Quran dan as-Sunnah, pasti akan memberikan efek kekuatan kita dalam beriman kepadaNya. Sebab, aktivitas berpikir akan membantu kita untuk mencari jalan keluar dalam berbagai persoalan yang kita hadapi. Bahkan Rasulullah saw. menerapkan tradisi berpikir ini dalam pembinaan kepada para sahabatnya. Rasulullah mengenalkan di dalam pembinaannya suatu tradisi berpikir yang merupakan follow up dari pemahaman terhadap pemikiran yang paling mendasar tersebut.

Bagaimana agar cahaya keimanan tetap menyala? Para sahabat, generasi awal kaum Muslimin yang berhasil dididik Rasulullah saw. mengaitkan aktivitas berpikir dengan keimanan. Mereka menjelaskan bahwa, “Cahaya dan sinar iman adalah banyak berpikir” (Kitab ad-Durrul Mantsur, Jilid II, hlm. 409)

Iman yang kuat disertai dengan ilmu yang kuat insya Allah akan memberikan ‘energi’ untuk menggerakkan kita dalam beramal. Tentu saja amal shalih dong ya, bukan amal salah.

Salam,
O. Solihin
Ingin berkomunikasi dengan saya? Silakan via Twitter di @osolihin

*Gambar dari sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.